#MulaiTanpaKeraguan untuk Bisnis Go Digital Bersama Startner
Fintech adalah

Saat ini, industri fintech sangat besar. Ukuran pasar fintech diproyeksikan akan tumbuh dari USD 294,74 miliar pada tahun 2023 menjadi USD 882,30 miliar pada tahun 2030. Transformasi teknologi telah mendorong terciptanya berbagai inovasi yang mengubah lanskap layanan keuangan secara cepat. 

Dari aplikasi pembayaran digital hingga platform investasi online, fintech tidak hanya menghadirkan kemudahan dan efisiensi dalam mengelola keuangan, tetapi juga menghadirkan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Karena itu, dunia fintech semakin menarik untuk dipelajari. Simak bagaimana fintech bekerja, jenis-jenis hingga tantangan fintech di bawah ini, yuk!

 

Apa itu Fintech?

Fintech merupakan gabungan dari istilah financial dan technology. Fintech adalah bisnis keuangan yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan atau mengotomatisasi layanan dan proses keuangan. Istilah ini melayani kepentingan konsumen dan bisnis dalam berbagai cara. Mulai dari perbankan dan asuransi yang berbasis mobile, hingga cryptocurrency maupun aplikasi investasi.

Meningkatnya industri fintech disebabkan banyaknya bank tradisional yang mengadopsi bisnis fintech baru. Selain itu, bank tradisional aktif berinvestasi, mengakuisisi, atau bermitra dengan startup fintech. Hal ini merupakan cara industri perbankan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan di era digital, sambil menyesuaikan bisnis agar tetap relevan.

 

Bagaimana Fintech Bekerja

Konsep cara kerja fintech yaitu dengan menyederhanakan transaksi keuangan bagi konsumen atau bisnis. Hal ini membuat fintech lebih mudah diakses dan umumnya lebih terjangkau. Ini juga dapat berlaku untuk perusahaan atau layanan yang menggunakan kecerdasan buatan (AI), big data, dan teknologi encrypted blockchain.

Secara garis besar, fintech berusaha untuk menyederhanakan proses transaksi dan menghilangkan langkah-langkah yang mungkin tidak perlu bagi semua pihak yang terlibat. Sebagai contoh, sebuah layanan seluler memungkinkan kamu bertransaksi kapan saja, atau mengirimkan dana langsung ke rekening bank yang diinginkan. 

Namun, jika kamu membayar dengan cash atau cek, penerima harus pergi ke bank terlebih dahulu untuk mendepositokan uang tersebut. Cara ini membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan cara kerja fintech yang lebih cepat dan sesuai dengan dunia modern. 

 

Jenis-Jenis Fintech

Dari layanan pembayaran digital hingga investasi online, berbagai jenis fintech telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan uang. Berikut jenis-jenis fintech yang perlu kamu ketahui. 

Neobank

Neobank adalah bank digital tanpa lokasi cabang fisik. Neobank menyediakan layanan perbankan terutama melalui mobile app dan online platform. Seperti layanan cek, tabungan, pembayaran, dan pinjaman secara menyeluruh. Neobank dikenal karena platform-nya yang user friendly sehingga menciptakan pengalaman berkesan bagi pengguna. 

Payment Fintech

Payment fintech menghadirkan inovasi dalam dunia pembayaran. Tujuannya untuk menyederhanakan dan meningkatkan proses pembayaran baik untuk konsumen maupun bisnis. Paytech termasuk e-wallet, platform pembayaran P2P, produk pembayaran contactless, dan layanan BNPL.

Insurtech

Insurtech (Insurance Technology) merupakan gabungan antara teknologi dan industri asuransi. Inovasi teknologi yang dijadikan solusi oleh insurtech seperti AI generatif, IoT, dan teknologi blockchain. Inovasi dihadirkan untuk menyediakan produk asuransi yang lebih sesuai, pemrosesan klaim yang efisien, dan solusi manajemen risiko. 

Wealthtech

Wealthtech berfokus pada memodernisasi proses pengelolaan kekayaan dan investasi. Sektor ini mencakup robo-advisors, detect anomalies, dan platform pialang digital. Wealthtech menyediakan inovasi teknologi untuk memberikan solusi finansial, investasi, manajemen aset, dan perencanaan keuangan secara efisien secara digital. 

Lending Fintech

Lending Fintech menyediakan layanan pinjaman uang secara cepat dan mudah melalui platform digital, seperti mobile app atau website. Jenis fintech ini menggunakan teknologi modern serta data analitik untuk mengevaluasi risiko kredit secara cepat dan efisien. Teknologi ini menawarkan kemudahan akses, kecepatan dalam pencairan dana, serta segmen pasar yang lebih luas.

Regtech

Perusahaan Regtech (Regulatory Technology) menciptakan alat yang membantu lembaga keuangan mematuhi peraturan lebih efisien dan dengan biaya yang lebih rendah. Teknologi seperti analitik big data dan AI untuk memantau transaksi, mendeteksi anomali, serta memastikan kepatuhan diciptakan.

 

Tantangan yang Dihadapi Fintech

Sumber: Pexels

 

Meskipun industri fintech menawarkan berbagai peluang untuk inovasi digital, menghadapi beberapa tantangan. Evolusi teknologi yang cepat dan lingkungan regulasi yang berubah-ubah menciptakan situasi yang kompleks, memaksa para pemain industri untuk tetap tangkas serta responsif. Di bawah ini terdapat beberapa tantangan fintech.

Pemerataan Teknologi AI

Artificial Intelligence (AI) merupakan  aset yang sangat berharga dalam industri fintech yang secara signifikan meningkatkan efisiensi keuangan. Namun, mengadopsi dan menerapkan teknologi-teknologi ini memberi ancaman. Kecepatan penerapan AI di dalam berbagai area operasi keuangan tidak konsisten di seluruh lembaga keuangan. 

Sementara ekonomi yang maju berkembang pesat dalam teknologi AI dan machine learning memperlihatkan kesenjangan yang jelas dengan ekonomi yang masih berkembang. Maka, tantangannya tidak hanya terletak pada adopsi teknologi tetapi juga dalam memastikan bahwa transformasi teknologi ini dapat diakses dan merata secara global.

Privasi dan Perlindungan Data

Dengan meningkatnya ketergantungan pada neobank dan lonjakan data sharing, privasi serta perlindungan data telah menjadi tantangan penting. Industri fintech harus menangani volume data pelanggan yang meningkat. Fintech juga membutuhkan tools canggih untuk analisis data yang tidak mengorbankan privasi.

Privasi merupakan aset berharga dalam membangun kepercayaan dengan pelanggan maupun investor. Banyak orang yang masih skeptis saat mengadopsi layanan keuangan digital karena kekhawatiran tentang keamanan, privasi data, dan kurangnya interaksi personal. Ha ini menuntut industri fintech untuk transparan dan menyediakan platform yang aman. 

Risiko Keamanan

Industri fintech yang semakin berkembang, membuka peluang bagi cyber crime. Perlunya pendekatan yang sama terhadap kontrol keamanan siber di seluruh industri. Hal ini mengingat tantangan unik yang ditimbulkan oleh sifat digital transaksi dan proses pengelolaan data industri ini. Konsekuensi dari pelanggaran keamanan di sektor ini dapat sangat serius. 

Tidak hanya ada implikasi keuangan yang substansial, tetapi dampak pada reputasi perusahaan dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan pelanggan. Hal ini menjadi perhatian khusus mengingat kepercayaan dalam penanganan dan perlindungan data keuangan pribadi sangat penting bagi pelanggan yang menggunakan layanan keuangan.

Inklusi Keuangan dan Aksesibilitas

Tantangan signifikan dari fintech masih ada dalam mencapai inklusi keuangan yang sebenarnya. Banyak individu maupun komunitas yang masih kekurangan akses ke layanan perbankan dasar dan menghadapi hambatan masuk akibat literasi keuangan yang terbatas atau infrastruktur yang tidak memadai. 

Fintech perlu merancang user-interface friendly, menyediakan sumber daya pendidikan, dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk mencapai populasi yang masih kurang dilayani tersebut. Selain itu, mengatasi kesenjangan digital dan memastikan konektivitas internet untuk semua sangat penting untuk memperluas jangkauan layanan fintech

Perubahan Regulasi dan Kepatuhan

Laju inovasi yang cepat di sektor fintech sering kali melampaui kerangka kerja regulasi, menyebabkan lingkungan regulasi yang kompleks dan berubah-ubah. Fintech tidak hanya harus tetap patuh dengan peraturan yang berlaku saat ini tetapi juga harus tetap terkini dan beradaptasi dengan perubahan regulasi yang berkembang.

 

Tren Fintech Terkini

Semakin berkembangnya teknologi, industri fintech akan selalu menyesuaikan dan bertumbuh juga. Berikut tren fintech terkini yang wajib kamu ketahui. 

1. Embedded Finance 

Embedded Finance adalah integrasi layanan keuangan yang memungkinkan pengguna bertransaksi dalam satu aplikasi, tanpa harus pergi ke bank atau ATM. Aplikasi ini dikelola oleh perusahaan non finansial. Menurut Global Market Insights, tren fintech ini berpotensi mencapai $730.5 miliar atau setara dengan Rp 11 kuadriliun pada tahun 2032. 

Kemampuan untuk mengintegrasikan layanan keuangan ke dalam produk non-keuangan, baik itu platform media sosial, situs pemesanan penerbangan, atau yang lainnya, telah menunjukkan efektivitasnya bagi semua pihak yang terlibat. Penyedia layanan mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan mengatasi kebutuhan secara real-time. 

2. Penggunaan AI

Solusi fintech melibatkan banyak data. AI merupakan teknologi baru yang diandalkan untuk mengelola banyaknya data tersebut. AI membantu dalam beberapa bagian dalam fintech. Contohnya seperti manajemen risiko, pencegahan penipuan, pemrosesan dokumen, mengurangi biaya operasional melalui optimisasi, dan personalisasi pengalaman perbankan untuk pelanggan.

Dengan kemampuan untuk meningkatkan standar efektivitas dan keamanan, AI serta machine learning (ML) semakin populer di kalangan industri fintech. Adapun perkiraan nilai pasar AI pada fintech yang diharapkan mencapai $61,30 miliar, atau setara dengan Rp 900 triliun pada akhir tahun 2031.

3. Fintech Sustainability

Tren global sustainability juga masuk ke dunia fintech. Hal ini menghasilkan jumlah inisiatif kesadaran lingkungan yang semakin meningkat. Tren ini memberikan tools kepada lembaga keuangan yang peduli lingkungan untuk membuat layanan keuangan lebih mudah diakses sambil mendukung konservasi dan keberlanjutan.

Sebagai contoh, pasar kripto terus mengembangkan green cryptocurrencies yang dirancang untuk mengatasi masalah konsumsi energi dari mata uang kripto tradisional, seperti Bitcoin. Selain itu, beberapa bank mengeluarkan produk pembayaran yang terbuat dari kayu, yang hasil dana transaksinya digunakan untuk menanam pohon.

4. Diversifikasi Opsi Pembayaran Crypto

Cryptocurrency semakin memainkan peran yang semakin menonjol dalam ranah fintech. Menanggapi tuntutan yang semakin meningkat dari pengguna, perusahaan fintech sedang menerapkan strategi yang ramah terhadap kripto. 

Menurut Cointelegraph, sekitar 30.000 merchants di seluruh dunia saat ini menerima Bitcoin. Bahkan, jumlah pengguna kripto diperkirakan akan mencapai 992,50 juta pengguna pada tahun 2028, menurut Statista.

5. Buy Now Pay Later (BNPL)

Para ahli memprediksi ledakan dalam sektor BNPL, dan raksasa global sudah mengikuti tren finansial teknologi ini. Diperkirakan pasar BNPL akan tumbuh $232.23 miliar pada tahun 2024 atau setara dengan Rp 3 kuadriliun. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya bisnis yang menerapkan opsi ini ke dalam penawaran online dan offline. 

BNPL menawarkan layanan di berbagai kategori seperti travel dan tourism, consumer electronics, e-commerce, retail, asuransi kesehatan, serta layanan keuangan. Peningkatan jumlah platform e-commerce serta perkembangannya di negara berkembang, menjadi faktor terbesar sektor BNPL bertumbuh cepat. 

6. Tren Open Banking

Open banking adalah praktik perbankan yang memberikan akses terbuka kepada penyedia layanan keuangan pihak ketiga untuk mengakses data perbankan, transaksi, dan keuangan lainnya dari bank atau lembaga keuangan non-bank melalui penggunaan application programming interface (API). Strategi ini sedang aktif diimplementasikan di Eropa, Australia, Hong Kong dan US.

Di tahun 2023, Biro Perlindungan Konsumen Keuangan (CFPB) mengusulkan aturan Hak Data Keuangan Pribadi, yang membuat regulasi open banking di negara-negara tersebut. Dengan ini, open banking memiliki potensi besar untuk perkembangan pasar fintech. Menurut Allied Market Research, pasar open banking global diperkirakan akan mencapai $123,7 miliar pada tahun 2031 atau setara dengan Rp 2 kuadriliun. 

 

Siap Go Digital Tanpa Ragu Bersama Startner

Layanan digital telah diadaptasi oleh berbagai jenis sektor di seluruh dunia, seperti pada industri keuangan. Digitalisasi membantu mempercepat layanan, hingga bisnis apapun yang mengadaptasinya sangat diandalkan oleh pelanggan. 

Maka, segera buat bisnismu menjadi adaptable dengan dunia digital agar tidak ketinggalan. Konsultan bisnis online seperti Startner akan membantu kamu untuk menggali potensi bisnis, sehingga berpeluang go digital! 

Jasa ini dibuat oleh tim digital dan creative terbaik yang telah diseleksi dan dibimbing oleh Startner. Kamu bisa mendapatkan saran praktis dari sosok yang berpengalaman membangun bisnis digital. So, tunggu apalagi? Beli programnya, yuk!