#MulaiTanpaKeraguan untuk Bisnis Go Digital Bersama Startner
Perbedaan Dropshipp dan Resell

Bisnis belanja online di era digital memiliki pertumbuhan masif. Bahkan, tahun ini diperkirakan pertumbuhan belanja online mencapai lebih dari Rp 94 triliun rupiah secara global. Perkembangan belanja online pun semakin meningkat dan inovatif. Maka, lahirlah istilah-istilah baru. 

Istilah yang seringkali muncul seperti Dropshipper dan Reseller. Keduanya mempunyai persamaan, yakni keduanya tidak menawarkan atau menjual barang produksi sendiri. Namun, kedua istilah ini faktanya memiliki banyak perbedaan yang signifikan. 

Sebagai pebisnis, kamu perlu mengetahui apa perbedaan kedua istilah tersebut. Mungkin kamu tertarik menjadi Dropshipper maupun Reseller setelah memahami perbedaan keduanya. Simak uraiannya di bawah ini, ya!

 

Apa itu Dropshipper dan Reseller?

Pastinya kamu pernah dengar istilah Dropshipper dan Reseller dalam kegiatan belanja online maupun offline. Banyak yang masih bingung dengan istilah Dropshipper dan Reseller yang nyatanya memiliki perbedaan. 

Aktivitas dropshipping merupakan model bisnis e-commerce dimana toko online atau Dropshipper, tidak menyimpan stok barang, tetapi berperan sebagai perantara antara pelanggan dan pemasok. Sementara itu, re-selling adalah konsep membeli produk, biasanya dengan harga lebih rendah daripada yang dapat dibeli konsumen, dan menjualnya dengan keuntungan. 

Bisa disimpulkan, Dropshipper yaitu seseorang yang menjual produk yang tidak mereka miliki. Ketika pelanggan membeli produk dari Dropshipper, mereka akan membeli produk tersebut dari seorang pemasok, dan meneruskan rincian pesanan. Pemasok tersebut kemudian memilih, membungkus, dan mengirimkan pesanan ke pelanggan akhir.

Sedangkan Reseller merupakan seseorang yang membeli stok dengan tujuan untuk menjual kepada pelanggan dengan keuntungan. Reseller menyimpan stok tersebut di fasilitas penyimpanan hingga pelanggan membeli produk, dan kemudian mengirim pesanan tersebut sendiri.

 

Perbedaan Tujuan

Mengetahui pengertian Dropshipper dan Reseller yang berbeda, tentu tujuan kedua bisnis ini juga memiliki perbedaan. Berikut perbedaan antara Dropshipper dan Reseller dapat dilihat dari tujuan. 

Tujuan Dropshipper

Tujuan dari seorang Dropshipper adalah untuk menyederhanakan proses bisnis dan memfasilitasi penjualan produk tanpa perlu menyimpan stok barang secara fisik, maupun melakukan pengiriman sendiri.

Dropshipper menjual produk kepada pelanggan tanpa perlu membeli dan menyimpan inventaris terlebih dahulu. Hal ini mengurangi risiko kerugian akibat produk yang tidak terjual.

Toko Dropshipper juga mempermudah konsumen menemukan stok barang yang diinginkan karena Dropshipper memperbanyak pilihan toko. Variasi pilihan toko juga dapat tersebar di seluruh wilayah. Jadi, konsumen bebas memilih toko di wilayah tertentu dengan stok barang yang serupa. 

Tujuan Reseller

Tujuan utama sebagian besar Reseller adalah menghasilkan keuntungan dari penjualan produk atau layanan. Reseller memperoleh produk dengan harga yang lebih rendah dari pemasok atau produsen, kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi kepada konsumen.

Beberapa Reseller juga ingin membangun bisnisnya sendiri dengan menjadi perantara antara produsen atau pemasok dengan konsumen. Reseller bahkan dapat mengembangkan brand sendiri atau menjadi distributor terkemuka di industri tertentu. 

Karena tidak perlu mengurus produksi atau stok produk, Reseller dapat mengurangi risiko bisnis yang terkait dengan investasi modal yang besar. Ini memberinya fleksibilitas untuk mengubah arah bisnis lebih cepat jika diperlukan.

 

Perbedaan Benefit

Sumber: Pexels

 

Dari sisi benefit, juga terdapat beberapa perbedaan antara Dropshipper dan Reseller. Ini berkaitan dengan gambaran keuntungan yang akan kamu dapat bila menjadi seorang Dropshipper maupun Reseller. 

Benefit Dropshipper

Dropshipper dapat menjual apapun yang diinginkan. Jika kamu ingin memulai bisnis dropshipping, kamu dapat menambahkan sebanyak mungkin produk dropship ke toko online-mu. Dropshipper dapat melihat produk mana yang paling diminati oleh pelanggan tanpa harus berinvestasi dalam persediaan fisik. 

Yang paling penting dari menjadi Dropshipper yaitu biaya operasional yang rendah. Dropshipper hanya membebankan sebagian dari biaya operasional kepada pelanggan. Dalam banyak kasus, lebih murah untuk menjual produk dropship daripada menyimpannya sendiri.

Dalam e-commerce tradisional, peningkatan penjualan juga berarti peningkatan biaya. Ada lebih banyak produk untuk dibeli, dikelola, dan dipenuhi. Dalam model bisnis dropship, sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh pemasok. Hal ini memungkinkan kamu berkembang dengan tambahan overhead yang lebih sedikit.

Benefit Reseller

Sementara itu, benefit Reseller yaitu dapat dengan cepat mengisi pesanan untuk klien setelah memiliki pasar yang mapan. Hal ini memungkinkan karena Reseller sudah memiliki sejumlah pemasok yang dapat memenuhi pesanan dengan cepat. 

Fleksibilitas dari kegiatan re-selling juga dapat membuat ekspansi bisnis menjadi mudah, terutama jika kamu menggunakan saluran pemasaran dan penjualan online. Dengan pemahaman tentang pasar dan hubungan yang kuat dengan pemasok, kamu dapat mencapai skala bisnis dengan cepat dengan biaya relatif rendah.

Reseller seringkali menikmati berbagai dukungan dari produsen dan penghasil produk. Produsen memberikan dukungan teknis, pemasaran, dan logistik untuk membantu operasionalnya. Produsen juga dapat memberikan pelatihan untuk membantu Reseller memahami fitur, fungsi, dan manfaat produknya. 

 

Perbedaan Risiko

Selain tujuan serta benefit yang didapat dari seorang Dropshipper dan Reseller, selanjutnya, terdapat risiko dari bisnis ini. Berikut perbedaan risiko Dropshipper dan Reseller. 

Risiko Dropshipper

Dropshipper tidak mempunyai kontrol atas tingkat persediaan dan harga. Ketersediaan maupun harga mengikuti pemasok. Hal yang dapat dikendalikan hanyalah jenis produk apa yang kamu jual. 

Selain itu, Dropshipper tidak dapat mengendalikan desain kemasan karena semuanya ditangani oleh pemasok. Sebagai Dropshipper, kamu juga tidak dapat menambahkan apapun dalam paket untuk pelanggan agar membuatnya lebih personal. 

Margin keuntungan juga lebih rendah sebagai kompromi atas kenyamanan tidak menangani stok. Ketergantungan pada pemasok pihak ketiga dapat mengakibatkan kualitas produk dan waktu pengiriman yang tidak dapat diprediksi.

Risiko Reseller

Bisnis re-selling membutuhkan banyak waktu. Reseller harus melakukan pemesanan kepada produsen atau pemasok untuk setiap penjualan, kemudian mengirimkan barang kepada pelanggan. Maka, Reseller perlu menjaga hubungan yang kuat dengan pemasok, produsen, dan klien. 

Dari sisi biaya, Reseller kemungkinan akan dikenakan biaya pendaftaran dan persentase dari harga setiap penjualan yang dilakukan. Meskipun biaya ini tidak pernah melebihi keuntungan yang diperoleh melalui penjualan di pasar, dalam jangka panjang, hal ini dapat berakhir dengan biaya yang lebih tinggi daripada membuka website sendiri.

Reseller juga biasanya membeli produk dalam jumlah besar untuk disimpan di gudang atau tempat penyimpanan mereka. Ini meningkatkan risiko memiliki inventaris yang tidak terjual dan penumpukan barang.

 

Baca juga:

 

Tips Menentukan antara Menjadi Dropshipper atau Reseller

Keputusan antara menjadi Dropshipper atau Reseller melibatkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dapat mempengaruhi jenis bisnis dan model penjualan yang sesuai dengan tujuan maupun preferensi kamu. 

 

Berikut terdapat beberapa tips untuk membantu kamu menentukan pilihan, apakah lebih baik menjadi Dropshipper atau Reseller.

1. Evaluasi Modal, Risiko Finansial, dan Keuntungan

Pertimbangkan modal yang kamu miliki atau dapat alokasikan untuk memulai bisnis. Dropshipping umumnya memerlukan modal awal yang lebih rendah karena kamu tidak perlu membeli stok. Jika kamu memiliki risiko finansial yang lebih rendah, dropshipping mungkin menjadi pilihan yang lebih sesuai.

Lakukan juga analisis keuntungan dan margins untuk kedua model bisnis. Perhitungkan biaya pengiriman, biaya operasional, dan potensi keuntungan. Bandingkan margin keuntungan antara dropshipping dan re-selling untuk memastikan keuntungan yang optimal.

2. Pengetahuan Produk, Pasar, dan Logistik

Apabila kamu memiliki pengetahuan mendalam tentang produk dan dapat memberikan layanan pelanggan yang baik, menjadi Reseller dengan menangani stok serta pengiriman sendiri mungkin lebih sesuai. Jika kurang berpengalaman atau tidak ingin menangani inventaris, dropshipping bisa menjadi alternatif.

Sementara itu, jika kamu percaya diri dalam menangani logistik, penyimpanan, dan pengiriman produk, menjadi Reseller dapat memberi kamu lebih banyak kontrol. Namun, apabila ingin menghindari kompleksitas logistik, dropshipping membebaskan kamu dari tanggung jawab tersebut.

3. Fleksibilitas dan Skalabilitas

Pertimbangkan tingkat fleksibilitas dan skalabilitas yang kamu inginkan. Dropshipping memungkinkan fleksibilitas tinggi karena kamu dapat mengubah inventaris tanpa membeli stok lebih banyak. Sebaliknya, sebagai Reseller, kamu memiliki lebih banyak kontrol tetapi mungkin perlu menanggung risiko stok yang tidak terjual.

4. Hubungan dengan Pemasok

Pertimbangkan hubungan kamu dengan pemasok atau produsen. Jika memiliki akses ke pemasok yang dapat memberikan produk berkualitas dengan harga yang baik, menjadi Reseller mungkin lebih menguntungkan. Namun, apabila tidak ingin menangani negosiasi dengan pemasok, dropshipping dapat mempermudah prosesnya.

5. Strategi Pemasaran dan Branding

Jika kamu ingin membangun brand sendiri dengan kontrol penuh atas produk dan layanan pelanggan, menjadi Reseller mungkin lebih sesuai. Dropshipping lebih cocok untuk model bisnis yang berfokus pada pemasaran online dan produk-produk yang dapat dijual dengan cepat.

Di sisi lain, memiliki keterampilan digital yang baik, seperti pemasaran online, dan ingin fokus pada aspek-aspek tersebut, dropshipping dapat menjadi pilihan yang menarik. Reseller mungkin perlu lebih banyak keterampilan operasional dan manajemen bisnis tradisional.

 

Siap Go Digital Tanpa Ragu Bersama Startner

Aktivitas bisnis para Dropshipper maupun Reseller menjadi bisnis yang menjamur berkat perkembangan teknologi dan internet, serta penerapan digitalisasi. Kedua hal ini menjadi suatu bisnis yang dijalankan banyak orang saat ini karena banyak menawarkan manfaat serta kemudahan. 

Untuk itu, kamu sebagai pebisnis semakin dituntut untuk mengelola bisnis yang go digital. Siapkan bisnismu menjadi go digital bersama Startner! Startner merupakan konsultan bisnis online yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi bisnis. 

Konsultasi bisnis selama 30 menit merupakan jasa Startner yang akan membantu dalam mengidentifikasi peluang, menyelesaikan tantangan, dan merencanakan strategi bisnis yang efektif. Lengkap, kan, manfaat konsultasi di Startner? Ayo, konsultasikan bisnismu sekarang!